Pada era saat ini, dapat kita
lihat dengan jelas banyaknya pengangguran, anak – anak yang putus sekolah,
petani yang “kelaparan”, dan lain – lain yang sangat sulit untuk ditangani.
Terlebih lagi dengan pertumbuhan penduduk yang meningkat tajam. Menurut
publikasi BPS pada bulan Agustus 2010, jumlah penduduk Indonesia berdasarkan
hasil sensus ini adalah sebanyak 237.556.363 orang, yang terdiri dari
119.507.580 laki-laki dan 118.048.783 perempuan disamping itu
ketersediaan pangan yang kurang mencukupi.
Sungguh ironis memang, kita bisa
bersenang – senang melakukan apapun yang kita inginkan, tetapi coba kita lihat
kehidupan di luar sana yang sangat berbeda dengan kita. Anak – anak yang masih
tergolong usia dini, rela mengemis, mencari uang demi sesuap nasi, namun
meninggalkan dunia pendidikan yang seharusnya mereka dapatkan. Bahkan
Data Departemen Sosial pada tahun 1998 tentang jumlah
anak jalanan berkisar antara 50,000-170,000, bisa dibayangkan berapa jumlah
anak – anak jalanan tahun ini.
Sementara, jika kita lihat
perbandingannya dengan sumber daya alam yang kita miliki. “Hanya dengan
menggali tanah kita bisa meraih kekayaan” itulah salah satu pepatah yang sering
dilontarkan oleh masyarakat kita. Disisi lain, kita juga sering mendengar
bahkan melantunkan sebuah lagu seperti ini “cangkul, cangkul, cangkul yang
dalam menanam jagung di kebun kita” itu mengartikan bahwa kita mampu menanam di
tanah kita sendiri.
Tahun ini pemerintah harus
waspada bahwa sektor pertanian nasional makin terpuruk. Hal itu ditandai dengan
menyusutnya lahan pertanian, baik padi maupun tanaman pangan lainnya. Namun, di
sisi lain jumlah petani, terutama petani gurem justru meningkat. Hal itu
berimbas pada rendahnya upah yang diterima kaum tani, sehingga mengakibatkan
petani tetap miskin. Terbukti dengan laporan Data Badan Pusat Statistik (BPS)
yang menunjukkan bahwa, luas lahan pertanian padi di Indonesia pada 2010
tinggal 12,870 juta hektare (ha), menyusut 0,1% dari tahun sebelumnya 12,883
juta ha. Kita melihat mayoritas petani padi saat ini dalam kondisi sangat
miskin. Hal itu menyebabkan sumbangan usaha tani padi dalam struktur pendapatan
rumah tangga secara nasional merosot dari 36,2% pada 1980-an, menjadi 13,6%.
Terkait hal itu, jumlah rumah tangga petani gurem dengan penguasaan lahan
kurang dari 0,5 ha, baik milik sendiri maupun menyewa, meningkat dari 10,8 juta
keluarga pada 1993 menjadi 13,7 juta keluarga pada 2003 dan diperkirakan
menjadi 15,6 juta pada 2008, atau mencatat laju pertumbuhan 2,6%. Persentase
rumah tangga petani gurem terhadap rumah tangga pertanian pengguna lahan juga
meningkat dari 52,7% (1993) menjadi 56,5% (2003). Dengan laju pertumbuhan itu
menunjukkan semakin miskinnya petani.
Mengapa saya mengambil topik
permasalahan dengan Tema “Di balik Kekayaan Negeri Tercinta” ?
Ini merupakan sebagian kecil
fakta dan realita yang terjadi di negeri kita, masih banyak terdapat
permasalahan di kehidupan masyarakat. Kehidupan yang layak mungkin telah kita
dapatkan, kemewahan, ataupun pekerjaan yang kita dapatkan setiap waktu. Tapi
apakah kita sadar bahwa masih banyak saudara kita yang belum atau bahkan tidak
pernah merasakan hal tersebut. . Sungguh ironis memang, kita bisa bersenang –
senang melakukan apapun yang kita inginkan, tetapi coba kita lihat kehidupan di
luar sana yang sangat berbeda dengan kita. Anak – anak yang masih tergolong
usia dini, rela mengemis, mencari uang demi sesuap nasi, namun meninggalkan
dunia pendidikan yang seharusnya mereka dapatkan. Dengan kehidupan kita
yang bermewah – mewahan, mengemban pendidikan dengan sangat mudah, bahkan
kadang – kadang kita menunda – nunda tugas yang diberikan oleh guru ataupun
dosen. Padahal, semua fasilitas sudah kita miliki, tetapi karena kemalasan
itulah generasi muda akhirnya gagal. Disisi lain, banyak sarjana – sarjana baru
yang lulus dengan IPK tinggi, namun sulit sekali untuk mendapatan pekerjaan.
Permasalahan tersebut membuat
saya merasa tidak nyaman lagi hidup di Negara sendiri dengan keadaan yang tak
kunjung selesai. Padahal kita semua tahu bahwa negeri ini sangat luas dan di
beri potensi oleh Allah untuk sejahtera dan mendapat kehidupan layak. Namun
kita perlu ketahui juga bahwa hal ini terjadi karena tindk dan perilaku kita
sendiri. Jadi siapa yang patut kita salahkan dengan permaslahn seperti ini ?
Apakah Pemerintah ?
Rakyat ?
Atau Sistem yang
berdiri di Negeri ini ?
Ketika kita menyalahkan
Pemerintah, atau Rakyat, maka kita perlu berfikir kembali, siapa mereka ? dan
jika kita menyalahkan sistem, siapa yang membuat ? Manusia, ya,
kita semua merupakan manusia yang diciptaka oleh Allah, untuk mengatur dan
berfikir akan negeri ini dengan memanfaatkan potensi dan kekayaan yang berada
di Indonesia. Maka dari itu saya memilih tema “Di balik Kekayaan Negeri
Tercinta” agar Hati kita tergugah dan sadar akan hal ini.
Apakah Indonesia dapat dikatakan merdeka
apabila bangsa kita masih diatur oleh Bangsa lain? Jawabannya tentu tidak.
Indonesia masih dijajah. Bersatu adalah kata kunci untuk merdeka. Tanpa
ada kata mengeluh kita bisa meraih mimpi indah yang kita idam – idamkan.
Kepekaan antara satu dengan yang lain akan memupuk kebersamaan bangsa kita.
(SAR)
SOLUSI, AKSI, dan REALISASI
Syariat Islami
Ini
merupakan satu bentuk dari keperihatinan saya hidup di negeri sendiri. Maka dari
itu saya menggunakan 3 metode yang semoga saja efektif dilakukan oleh kita
semua demi memajukan dan meyadarkan kita semua akan Kekayaan Negeri ini.
SOLUSI merupakan
satu langkah penting yang harus kita lakukan dalam menyelesaikan setiap
persoalan di negeri ini. Banyak hal-hal penting yang harus kita lakukan dalam
mendapatkan sebuah SOLUSI, pertama : kita harus mengerti setiap
persoalan yang kita hadapi, kedua : kita harus mengetahui setiap dampak
baik atau buruk terhadap persoalan yang dihadapi, ketiga : kita harus
mulai memikirkan solusi yang tepat dan mempertimbangkan dari segala aspek
kehidupan.
AKSI merupakan
langkah kedua setelah kita mendapatkan solusi yang tepat. Ketika solusi yang
kita peroleh sudah dianggap menjadi solusi yang tepat dan yakin akan berdampak
baik terhadap persoalan yang kita hadapi, maka dari itu kita harus segera
berAKSI demi membantu kita dalam menyelasaikan setipa persoalan. Dan AKSI
merupakan satu hal yang sangat penting, karena AKSI menjadi sebuah contoh real
dalm setiap kehidupan bermasyarakat.
REALISASI merupakan
langkah nyata yang kita lakukan setelah kita mendapatkan SOLUSI dan kita sudah
mulai AKSI agar setiap yang kita harapkan dapat dengan mudah terREALISASIkan dalam kehidupan
sehari-hari.dalam REALISASI ini yang harus kita perhatikan adalah bagaimana
respon masyarakat terhadap SOLUSI yang kita berikan dalam setiap AKSI yang kita
lakukan agar kedua komponen tersbut dat terREALISASI.
Syari’at Islam kini
menjadi perbincangan yang hangat dalam memcahkan sebuah permaslahan dalam
kehidupan namun kini banyak orang yang menuntut keberadaan SYARI’AT ISLAM. Hal
ini disebabkan kerena kesadaran bahwa hanya syariat Islam sajalah yang mampu
menjawab berbagai persoalan yang tengah membelit negara ini, baik di lapangan
ekonomi, politik, sosial, budaya dan pendidikan, setelah ideologi
sosialisme-komunisme dan kapitalisme dan kapitalisme gagal memenuhi
harapan. Hal ini dapat ditunjukkan
dengan semakin derasnya tuntutan penerapan syariat Islam, dan semakin kuatnya
keyakinan dan sikap kaum Muslim untuk hanya taat kepada aturan Islam. Meskipun demikian, tak urung ada juga
pihak-pihak yang tidak suka dengan tuntutan diterapkannya syariat Islam.
Dalam kenyataannya, gagasan
mengenai syari’at Islam ini tidaklah mudah untuk diwujudkan. Banyak ganjalan
yang dihadapi, bukan hanya datang dari kalangan non-muslim, tapi juga dari sebagian umat Islam sendiri termasuk
tokoh-tokohnya. Mereka misalnya, mempertanyakan dan meragukan syariat Islam
dengan alasan realitas, bentuk interaksi, dan kondisi masyarakat saat ini yang
jauh berbeda dengan masa Rasulullah SAW, shahabat, tabi’in, dan tabi’ut tabi’in.
Jadi, menurut mereka, perlu penambahan dan pengurangan atau modifikasi terhadap
syariat Islam sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat.
Dengan Permasalahn tersebut maka
saya memiliki beberapa Opini atau Pemiiran untuk dapat membantu dalam
menyelasaikan atau sedikit mengrangi permasalahn di negeri ini.
Solusi
1.
Kita sadar akan Potensi yang kita
memiliki.
2.
Kita peduli akan kehidupan negeri
sendiri.
3.
Kita tahu akan potensi diri.
Semua
permasalahan ini patut kita Sadari, Peduli dan Ketahui semua hal yang
berkaitan di kehidupan negeri.
Aksi
1.
Lakukan apa yang seharusnya kita lakukan
di negeri ini.
2.
Satukan pemikiran dan kuatkan benteng
pertahanan negeri dengan kebersamaan.
Kepalkan tangan junjung tinggi keadilan dan kejujuran.
Realisasi
Setelah kita sadar dan tahu apa
yang harus kita lakukan maka segala pemikiran kita patut direalisasikan.
1. Di mulai dari diri sendri intuk
merealiasaikan.
2. Pengaruhi orang lain untuk terut aktif
dalam berfikir.
disusun oleh : Muhamad Iqbal






0 comments:
Post a Comment