Jumlah Penduduk
Indonesia yang terus meningkat di setiap tahun menyebabkan persaingan dalam
dunia usaha semakin ketat. Masalah terbesar yang sering di hadapi masyarakat
adalah tidak memiliki skill yang mendukung dan lapangan pekerjaan yang sulit.
Dengan keterbatasan kemampuan dan biaya, masyarakat kesulitan mendapatkan akses
dalam dunia usaha. Untuk mendapatkan jaminan keselamatan kerja dan kehidupan
masyarakat maka, sektor ekonomi saat ini sedang mengembangkan solusi yang tepat
untuk membantu masyarakat bependapatan rendah dalam menghadapi setiap
permasalahan ekonomi.
Saat ini sekitar sepertiga penduduk Indonesia, atau 77 juta jiwa,
tidak memiliki simpanan yang dapat diandalkan jika mereka mendapatkan musibah
yang tak terduga. Bayangkan akibat yang terjadi saat pencari nafkah suatu
keluarga meninggal, ketika seorang anak dari keluarga tak mampu harus dirawat
di rumah sakit, atau ketika tanaman milik keluarga petani rusak karena
kekeringan atau banjir. Bencana-bencana seperti itu mengancam kelangsungan
rumah tangga miskin, dan biasanya membuat mereka makin terperosok ke dalam
kemiskinan dan keputusasaan.
Diperkirakan bahwa tidak lebih dari 1,5-2,0 juta dari lebih dari 34
juta penduduk miskin hidup di bawah garis kemiskinan di Indonesia ( sekitar 1,7
US$/hari/kapita ) memiliki akses asuransi (tidak termasuk Jamkesmas). Untuk
membuka potensi pasar ini dan memperluas akses, inovasi dan kreativitas harus
dibebaskan. Kemitraan yang baru dan non-konvensional harus lebih digiatkan
untuk menggarap sector Asuransi Mikro.
Asuransi mikro menjadi solusi yang tepat untuk mencegah semakin
terpuruknya masyarakat indonesia yang berpenghasilan rendah. Dengan jumlah
masyarakat miskin yang terus meningkat, Asuransi Mikro ini dapat menjadi
alternatif untuk mengatasi kemiskinan. Asuransi mikro bukanlah suatu jenis
produk khusus atau terbatas kepada jenis pemberi layanan tertentu. Asuransi ini
menyediakan alternatif pengalihan risiko untuk keluarga berpenghasilan rendah
dan ditawarkan dalam berbagai bentuk: sebagai contoh, untuk membiayai
pendidikan anak bila tulang punggung pencari nafkah keluarga meninggal; untuk
membiayai rumah sakit anak-anak; atau untuk melindungi petani kecil terhadap
ancaman gagal panen karena kekeringan atau kejadian iklim ekstrim lainnya.
Sebagian besar masyarakat Indonesia bekerja di sektor informal,
seperti Petani dan nelayan, dengan penshasilan yang tidak menentu. Dalam hal
ini kantor-kantor asuransi harus lebih cermat menghsilkan produk yang sesuai
dengan kebutuhan pasar. Seperti contoh di atas, para petan dan nelayan
membutuhkan suatu lembaga di masing-masing pekerjaan untuk mempermudah dalam
hal bekerja dan mendapatkan asuransi an pelayanan terbaik.
Namun di saat Asuransi mulai berkembang khususnya Asuransi Mikro
(Micro-Insurance), Kurangnya pengetahuan akan asuransi di kalangan masyarakat,
minimnya variasi produk asuransi yang ditujukan bagi masyarakat berpenghasilan rendah,
pandangan bahwa asuransi hanyalah bagi orang kaya, dan kurangnya kepercayaan
karena reputasi perusahaan asuransi di Indonesia dan pengalaman buruk yang
menimpa mereka saat berurusan dengan penyedia jasa asuransi di waktu yang lalu.
Sedangkan dari sisi penyedia jasa asuransi, kontraknyasangatlah rumit,pembayaran
klaim memakan waktu terlalu lama dan penuh dengan birokrasi; serta tingginya
biaya transaksi membuat produk-produk asuransi menjaditerlalu mahal bagi kaum
miskin.
Faktor yang
menghambat masyarakat miskin mengakses atau menggunakan asuransi (menurut World
Bank), antara lain:
- Produk asuransi yang kurang baik atau yang kurang dirancang dengan baik
- Standar penyediaan layanan yang masih belum memadai (misalnya penyelesaian dan dokumentasi klaim)
- Biaya transaksi yang besar (mendistribusikan produk asuransi rendah biaya
- Lingkungan operasional dan peraturan yang menyulitkan bagi penyedia jasa (berurusan dengan penyediaan layanan yang bersifat non-tradisional dan jalur-jalur distribusi)
- Informasi yang kurang memadai yang menyebabkan penetapan harga risiko yang bersifat konservatif atau premi awal yang tinggi,
- Persepsi yang kurang baik terhadap risiko, terutama karena kurangnya kesadaran atau ketidaktahuan mengenai bidang keuangan
Oleh karena itu, agar berfungsi secara optimal sebagai solusi yang
ampuh bagi masyarakat. Maka perusahan asuransi atau pemerintah terkait untuk
lebih aktif mensosialisasikan kepada masyarakat mengenai Asuransi Mikro
(micro-Insurance ini. Dengan cara menawarkan produk-produk yang baik,
terjangkau dan pembayaran yang mudah dan lebih sederhana.
Asuransi mikro juga harus disesuaikan dengan kondisi dan situasi
dalam negeri. Kerjasama antara sektor swasta dan pemerintah dapat menghasilkan
berbagai produk-produk inovatif yang sesuai dengan permintaan. Bank Dunia di
Indonesia sedang membantu pengembangan inovasi ini dengan mempertemukan para
penyusun kebijakan dengan penyedia jasa asuransi, serta membagikan pengetahuan
dan pengalaman praktek asuransi mikro dari berbagai negara. Seiring dengan
tersedianya produk-produk asuransi mikro ini, masyarakat harus diberikan
penyuluhan mengenai manfaat produk asuransi mikro. Bersamaan dengan itu,
keterampilan lembaga-lembaga terkait dan pihak-pihak yang berpotensi sebagai
penyalur produk asuransi juga harus diperkuat, untuk menciptakan lingkungan
yang mendukung penyaluran asuransi mikro. Indonesia akan mengambil suatu
langkah besar menuju pengentasan kemiskinan, sekaligus mendorong sektor swasta
dan ekonomi secara keseluruhan.
Ketika hal-hal buruk terjadi pada hidup kita, sesuatu yang tidak
terelakan, sebagian dari kita mengandalkan tabungan atau asuransi yang kita
miliki. Asuransi mikro menawarkan kesempatan bagi keluarga berpenghasilan
rendah untuk tetap bertahan ketika kesulitan datang, tanpa memberi tambahan
beban keuangan.
Maka
kita harus turut serta dalam mengatsasi permasalahan ekonomi bangsa dan
mencegah menigkatnya kemiskinan. Dengan Asuransi mikro (micro-insurance)
masyarakat bisa lebih sejahtera dan bersahaja.
ditulis oleh : Muhamad Iqbal
Mahasiswa STEI Tazkia






0 comments:
Post a Comment