Monday, 10 November 2014

ASURANSI MIKRO


http://assets.kompas.com/data/photo/2012/10/19/1138444780x390.jpg

Jumlah Penduduk Indonesia yang terus meningkat di setiap tahun menyebabkan persaingan dalam dunia usaha semakin ketat. Masalah terbesar yang sering di hadapi masyarakat adalah tidak memiliki skill yang mendukung dan lapangan pekerjaan yang sulit. Dengan keterbatasan kemampuan dan biaya, masyarakat kesulitan mendapatkan akses dalam dunia usaha. Untuk mendapatkan jaminan keselamatan kerja dan kehidupan masyarakat maka, sektor ekonomi saat ini sedang mengembangkan solusi yang tepat untuk membantu masyarakat bependapatan rendah dalam menghadapi setiap permasalahan ekonomi.

     Saat ini sekitar sepertiga penduduk Indonesia, atau 77 juta jiwa, tidak memiliki simpanan yang dapat diandalkan jika mereka mendapatkan musibah yang tak terduga. Bayangkan akibat yang terjadi saat pencari nafkah suatu keluarga meninggal, ketika seorang anak dari keluarga tak mampu harus dirawat di rumah sakit, atau ketika tanaman milik keluarga petani rusak karena kekeringan atau banjir. Bencana-bencana seperti itu mengancam kelangsungan rumah tangga miskin, dan biasanya membuat mereka makin terperosok ke dalam kemiskinan dan keputusasaan.

Diperkirakan bahwa tidak lebih dari 1,5-2,0 juta dari lebih dari 34 juta penduduk miskin hidup di bawah garis kemiskinan di Indonesia ( sekitar 1,7 US$/hari/kapita ) memiliki akses asuransi (tidak termasuk Jamkesmas). Untuk membuka potensi pasar ini dan memperluas akses, inovasi dan kreativitas harus dibebaskan. Kemitraan yang baru dan non-konvensional harus lebih digiatkan untuk menggarap sector Asuransi Mikro.

Asuransi mikro menjadi solusi yang tepat untuk mencegah semakin terpuruknya masyarakat indonesia yang berpenghasilan rendah. Dengan jumlah masyarakat miskin yang terus meningkat, Asuransi Mikro ini dapat menjadi alternatif untuk mengatasi kemiskinan. Asuransi mikro bukanlah suatu jenis produk khusus atau terbatas kepada jenis pemberi layanan tertentu. Asuransi ini menyediakan alternatif pengalihan risiko untuk keluarga berpenghasilan rendah dan ditawarkan dalam berbagai bentuk: sebagai contoh, untuk membiayai pendidikan anak bila tulang punggung pencari nafkah keluarga meninggal; untuk membiayai rumah sakit anak-anak; atau untuk melindungi petani kecil terhadap ancaman gagal panen karena kekeringan atau kejadian iklim ekstrim lainnya.

Sebagian besar masyarakat Indonesia bekerja di sektor informal, seperti Petani dan nelayan, dengan penshasilan yang tidak menentu. Dalam hal ini kantor-kantor asuransi harus lebih cermat menghsilkan produk yang sesuai dengan kebutuhan pasar. Seperti contoh di atas, para petan dan nelayan membutuhkan suatu lembaga di masing-masing pekerjaan untuk mempermudah dalam hal bekerja dan mendapatkan asuransi an pelayanan terbaik.
Namun di saat Asuransi mulai berkembang khususnya Asuransi Mikro (Micro-Insurance), Kurangnya pengetahuan akan asuransi di kalangan masyarakat, minimnya variasi produk asuransi yang ditujukan bagi masyarakat berpenghasilan rendah, pandangan bahwa asuransi hanyalah bagi orang kaya, dan kurangnya kepercayaan karena reputasi perusahaan asuransi di Indonesia dan pengalaman buruk yang menimpa mereka saat berurusan dengan penyedia jasa asuransi di waktu yang lalu. Sedangkan dari sisi penyedia jasa asuransi, kontraknyasangatlah rumit,pembayaran klaim memakan waktu terlalu lama dan penuh dengan birokrasi; serta tingginya biaya transaksi membuat produk-produk asuransi menjaditerlalu mahal bagi kaum miskin.

Faktor yang menghambat masyarakat miskin mengakses atau menggunakan asuransi (menurut World Bank), antara lain:
  • Produk asuransi yang kurang baik atau yang kurang dirancang dengan baik
  • Standar penyediaan layanan yang masih belum memadai (misalnya penyelesaian dan dokumentasi  klaim)
  • Biaya transaksi yang besar (mendistribusikan produk asuransi rendah biaya
  • Lingkungan operasional dan peraturan yang menyulitkan bagi penyedia jasa (berurusan dengan penyediaan layanan yang bersifat non-tradisional dan jalur-jalur distribusi)
  • Informasi yang kurang memadai yang menyebabkan  penetapan harga risiko yang bersifat konservatif atau premi awal yang tinggi,
  • Persepsi yang kurang baik terhadap risiko, terutama karena kurangnya kesadaran atau ketidaktahuan mengenai bidang keuangan

Oleh karena itu, agar berfungsi secara optimal sebagai solusi yang ampuh bagi masyarakat. Maka perusahan asuransi atau pemerintah terkait untuk lebih aktif mensosialisasikan kepada masyarakat mengenai Asuransi Mikro (micro-Insurance ini. Dengan cara menawarkan produk-produk yang baik, terjangkau dan pembayaran yang mudah dan lebih sederhana.

Asuransi mikro juga harus disesuaikan dengan kondisi dan situasi dalam negeri. Kerjasama antara sektor swasta dan pemerintah dapat menghasilkan berbagai produk-produk inovatif yang sesuai dengan permintaan. Bank Dunia di Indonesia sedang membantu pengembangan inovasi ini dengan mempertemukan para penyusun kebijakan dengan penyedia jasa asuransi, serta membagikan pengetahuan dan pengalaman praktek asuransi mikro dari berbagai negara. Seiring dengan tersedianya produk-produk asuransi mikro ini, masyarakat harus diberikan penyuluhan mengenai manfaat produk asuransi mikro. Bersamaan dengan itu, keterampilan lembaga-lembaga terkait dan pihak-pihak yang berpotensi sebagai penyalur produk asuransi juga harus diperkuat, untuk menciptakan lingkungan yang mendukung penyaluran asuransi mikro. Indonesia akan mengambil suatu langkah besar menuju pengentasan kemiskinan, sekaligus mendorong sektor swasta dan ekonomi secara keseluruhan.
Ketika hal-hal buruk terjadi pada hidup kita, sesuatu yang tidak terelakan, sebagian dari kita mengandalkan tabungan atau asuransi yang kita miliki. Asuransi mikro menawarkan kesempatan bagi keluarga berpenghasilan rendah untuk tetap bertahan ketika kesulitan datang, tanpa memberi tambahan beban keuangan.
Maka kita harus turut serta dalam mengatsasi permasalahan ekonomi bangsa dan mencegah menigkatnya kemiskinan. Dengan Asuransi mikro (micro-insurance) masyarakat bisa lebih sejahtera dan bersahaja.
ditulis oleh : Muhamad Iqbal
Mahasiswa STEI Tazkia

0 comments:

Post a Comment